Selasa, 13 Maret 2012

ulasan tahun '65


sedikit mengisi waktu luang, saya ingin sedikit mengulas sejarah tahun 1965 atau G-30 S,mungkin sudah sedikit kita lupakan mengenai sejarah dan peristiwa tersebut. waktu jenjang sekolah dasar sebelum reformasi masih  ingat sekali sebuah  film yang diputar setiap tanggal 30 september yaitu film tentang bagaimana isu kudeta dan pemberantasan partai komunis indonesia(PKI) kemudian pasukan Tni AD sebagai pemberantas pemberontakan tersebut.

namun saat ini saya bukan untuk mengulas fakta mengenai film tersebut tetapi ingin mengulas masalah penegakan hukum dan beberapa contoh kepemimpinan.

 Sebelum 1965 pemerintah Indonesia tidak pernah menimpakan kesalahan kepada suatu kelompok masyarakat secara keseluruhan. Kaum nasionalis yg berjuang utk kemerdekaan pada 45-49 tidak membunuh org2 Belanda hanya karena mereka orang Belanda yang memerangi dan menjajah indonesia 3,5 abad.

Setelah pemberontakan PRRI/Permesta pada 1950-an pemerintah Sukarno melarang partai PSI dam Masjumi karena pemimpin2 mereka mendukung pemberontakan-pemberontakan,Tetapi pemerintah Sukarno tidak menyatakan bahwa semua anggota kedua partai adalah pengkhianat pemerintah dan bangsa.

bahkan pemerintah soekarno tidak menahan atau membunuh orang hanya karena mereka anggota PSI atau Masjumi,bahkan Soekarno mengampuni para pemberontak-pemberontak Darul Islam yangg mengangkat senjata untuk melawan pemerintah. kecuali pimpinan-pimpinan puncaknya.

berbeda dengan partai komunis indonesia(PKI) yang mana anggotanya hampir 3juta anggota PKI dinyatakan bersalah bahkan "diadili" langsung dan proses hukum, memang sebagai anggota PKI btanggung jawab atas segala keputusan yangg diambil para pimpinan yaitu keputusan pimpinan partai mengikat seluruh anggota .

Itulah prinsip kesalahan kolektif sebuah prinsip yg sudah ditolak oleh semua negara dnegara di dunia berdasarkan rule of law yang kemudian diterapkan rezim ordebaru bahkan sampai sekarang yang kemudian kakek nenek buyut di cap sebagai Anggota PKI ataupun simpatisan bahkan bukan anggota PKI dan di cap anggota PKi nasibnya sekarang entah bagaimana..

sedikit ulasan mengenai bagian dari sejarah..
mohon maaf jika ada kekurangan dalam tulisan ini..

Kamis, 01 Maret 2012

Seimbang kah ??


Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.
Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

1.        Jasmani.
Mu'min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2.        Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3.        Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
-          Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
-          Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.

Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.